I'm currently on hiatus. Will be back soon :)

Friday, January 9, 2015

My Suggestions for Indonesian Publishers

I have been wanting to write this post for a while. Gosh, I so wish Indonesian literature to be famous someday, just like Scandinavian's sooner rather than later. How proud would I be! This post is dedicated to publishers, though some points may be applicable for authors too. It is not by any means intended to be a critic or complain but simply as a friendly suggestion. Hey, bloggers and publishers are BFFs, aren't they? I hope, if there are folks from publisher who read this post, will care enough to give it a consideration. Without further delay, here are my suggestions:


Sebenarnya saya sudah lama ingin membuat tulisan ini. Duh, betapa besar keinginan saya suatu saat literatur Indonesia menjadi terkenal seperti literatur-literatur Skandinavia. Tak terbayang bagaimana bangganya! Tulisan ini saya dedikasikan untuk para penerbit, walau beberapa hal juga berlaku untuk pengarang. Tak ada niat saya untuk kritik, apalagi mengeluh, semata-mata hanya sebagai saran layaknya seorang teman. Toh, penulis blog dan penerbit sebenarnya sahabat, kan? Saya harap, kalau pun ada teman-teman dari penerbit yang membaca tulisan ini, mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk kedepannya. Tanpa berlama-lama lagi, berikut saran-saran dari saya:

When you decide to publish a part of series, kindly publish every book of it / Jika menerbitkan salah satu buku serial, mohon terbitkan seluruh buku dari seri tersebut
There are some occasions when I read a translated book, only to discovered that they were part of a series. The sequels, in the other hand, weren't published. I am so disappointed by this, especially it occurred to books I loved. For example translated version of The Sea of Trolls and The Famished Road. Both of them stopped at book one, where in fact there are two more books of the series. I never knew about this until I checked on Goodreads. It's so irritating because I had to know what happened to Azaro and Jack. If you only feel like publishing one book, stay with stand alone book. There are many of them. I hate to say this, but it's like leaving a job unfinished and it's irresponsible to your readers, don't you think?

Ada beberapa kejadian saat saya membaca buku terjemahan, yang sebenarnya merupakan bagian dari serial. Sekuelnya, disisi lain, tidak diterbitkan. Saya sungguh kecewa akan hal ini, apalagi karena menyangkut buku kesukaan saya. Contohnya, versi terjemahan dari The Sea of Trolls dan The Famished Road. Saya tidak pernah tahu kalau bukan karena mengecek Goodreads. Hal ini sungguh mengganggu karena saya harus tahu apa yang terjadi pada Azaro dan Jack. Kalau hanya ingin menerbitkan sebuah buku, terbitkan buku solo saja. Pilihannya banyak. Dengan berat hati saya harus bilang bahwa hal ini seperti menelantarkan pekerjaan yang belum selesai dan tidak bertanggung jawab kepada pembaca, bukan begitu?

Take book covers seriously / Jangan anggap remeh kover buku
There's a very interesting post by a dear fellow Indonesian book blogger about this particular topic, you may want to check her post here : Kubikel Romance : Top 5 Worst Book Covers.There you can see how the translated version covers ruined everything by including amateurish Photoshopped illustration, or simply turn everything into manga style. To make things worst, most of the covers don't represent the story at all, so pretty much they can be misleading. The covers are the first impressions and they must be attractive enough for your potential buyer to pick it up and I am pretty sure some lame Photoshopped pictures aren't going to do the job.

Ada tulisan menarik dari rekan penulis blog buku Indonesia tentang topik ini, kalian bisa membacanya tulisannya disini : Kubikel Romance : Top 5 Worst Book Covers. Disana bisa dilihat bahwa kover buku versi terjemahan mengacaukan semuanya dengan gambar photohosop amatariran atau dibuat versi manganya. Jeleknya lagi, kebanyakan kover tersebut tidak mencerminkan isi cerita sama sekali, malah bisa dibilang menyesatkan. Kover adalah kesan pertama dan harus dibuat semenarik mungkin agar dilirik calon pembeli dan saya cukup yakin gambar-gambar photoshop payah tidak akan mampu menarik perhatian pembaca.

Take translation seriously / Jangan anggap enteng hasil terjemahan
Not that I say freelance translators aren't good enough, but I think it's better to hand the manuscript to professional translators. If you watch shows or movies from some premium channels, you can see how smooth the translation are. I am not an expert in this translation thingy, but the same approach can be applied to books too, right? So, please ... please ... dearest publishers, consider this suggestion. Yes, it may cost a lot more money, but reading stiff translation is very painful, especially if you speak the original language. There's this itch deep inside me to strike through the text and write my own translation instead. Oh, don't forget, if many readers think your translation suck, they'd stop buying your other books.

Bukannya saya bilang penerjemah lepas kurang bagus, tapi saya rasa lebih baik jika naskah diterjemahkan oleh penerjemah profesional. Kalau kalian menonton acara atau film di saluran premium, bisa dilihat betapa mulus hasil terjemahannya. Saya memang bukan ahli dalam soal terjemah-menterjemah, tapi cara yang sama bisa juga diaplikasikan ke buku, kan? Jadi, saya mohon kepada penerbit tercinta agar mempertimbangkan usulan ini. Ya, bisa jadi biayanya jauh lebih mahal, tapi baca terjemahan kaku itu tidak enak, lho, terlebih lagi jika kita mengerti bahasa aslinya. Ada rasa gatal dalam diri saya untuk mencoret tulisan tersebut dan menggantinya dengan terjemahan versi saya sendiri. Oh, jangan lupa, jika banyak pembaca yang menilai terjemahan kalian jelek, mereka bakal kapok membeli buku-buku kalian yang lain.

Promote, promote, promote / Promosi dong, ah!
I wonder why pre order books are not popular here. Take a look at Amazon! Why not do similar methods by offering pre order books for lower price? People love discounts, and by offering pre order, you are securing a sale. I am actually tired hearing some publishers stating that Indonesians don't like reading. I mean, what is this statement based on? Books sales? Well, I am confident enough to say that Indonesians do love to read. They just aren't very exposed to books. So, please don't be half hearted when doing promotion. Take a look at Goodreads giveaway, for example. Most of them only offer one copy as the prize. Seriously, how would a single copy make a significant impact? And before you say "it actually held by authors", come on! Do you really rely only on your authors' effort? Stop pointing fingers, you guys have to work together. It's a business, treat it like one!

Saya heran kenapa buku pre order tidak heboh disini. Coba lihat Amazon! Kenapa tidak pakai metode yang sama dengan menjual buku pre order lebih murah? Orang-orang suka diskon, dan dengan menawarkan pre order kalian mengamankan penjualan. Saya sebenarnya capek mendengan beberapa penerbit bilang "orang Indonesia tidak suka membaca." Dasarnya apa, sih? Penjualan buku? Saya cukup pede untuk menyatakan bahwa orang Indonesia suka membaca. Mereka cuma kurang terekspos dengan buku. Jadi tolong jangan setengah hati dalam menjalankan promosi. Lihat Goodreads giveaway sebagai contoh. Kebanyakan hadiahnya cuma satu buat buku. Apa bisa sebuah buku memberikan efek signifikan? Sebelum kalian ngomong "itu kan penulis yang mengadakan", ayo dong! Masa bergantung sepenuhnya pada penulis. Jangan saling menunjuk, kalian harus bekerja sama. Ini kan bisnis, maka perlakukan seperti bisnis.

Alright, I know I've hurt your eyes already with this rambling.Thank you for reading!

Baiklah, saya sadar telah membuat mata kalian sakit. Terima kasih telah membaca!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...